"Muda, Memimpin, Membangun Bangsa!"
Tanggal 9 - 10 Juni 2012 kemarin, alhamdulillah Allah ngasih saya kesempatan untuk membuka mata saya lebih lebar, untuk bukan hanya sekedar sadar bahwa nasib pendidikan di Indonesia ada ditangan kita, pemuda Indonesia.
"National Future Educators Conference (NFEC) 2012". “Inspiring
Youth: Reshaping the Nation’s Future through Education”. Ini adalah bentuk aksi nyata pemuda Indonesia dalam menyikapi keprihatinan
kondisi pendidikan Indonesia. NFEC diselenggarakan di kampus Sampoerna
School of Education dan Sampoerna School of Business, kawasan Mulia
Business Park, Jakarta Selatan.
Saya berangkat dari kota perjuangan tercinta saya, Yogyakarta, jam 4 sore-an, naik kereta ekonomi, Progo! Dan tau gak? ini kali pertama saya naik kereta loh setelah terakhir waktu saya masih kelas 1 sd, dan pastinya udah gainget gimana-gimana tentang naik kereta waktu itu. Tapi, bismillah, saya berangkat. hohohoooo! Saya mo cerita tentang cerita di kereta dulu boleh ya? hihihi
beberapa aja sih, sebelom berangkat, saya penasaran, itu beneran ada apa nggak rumah yang dari tenda atau rumah yang dari gerobak yang ada dipinggir rel kereta api, yang ceritanya saya denger dari temen-temen saya yang asalnya dari kota besar kaya Jakarta, Tangerang, Bekasi, dll. beneran ada apa cuma di reality show seperti "jika aku menjadi", dan ternyata.. nyata. Miris memang, tapi emang gitu adanya. Trus, lagi. Ada yang nyapu tanpa diminta, dan tiba-tiba langsung nyodorin tangan buat minta upah. Oke, yang barusan masi lebih wajar. Kalo yang ini: 'srot,srot,srot' (nyemprot bayfresh lemon ke penumpang) trus minta upah juga. ckckck, saya kaget + heran banget. itu ide dari mana gitu ya?
well, back to the NFEC journey. Sekitar jam setengah 4 pagi saya nyampe di Stasiun Pasar senen, Jakarta. Langsung cari mesjid terdekat buat solat n (tadinya) mau mandi. Tapi gajadi karna, hmmmm... gitu deh jadi saya nggamau mandi disitu hehee. Bawel banget dah pokoknya waktu cari tempat buat mandi (hihihi maaf ya kak :p ). Trus nih, kita nyari metromini nomer 17. Nungguin di halte manggarai sampe jam 6 kurang, akhirnya ketemu dan harus ganti metromini lagi nomer 62 di pasar minggu. pas di manggarai diputerin lagi ama abang metromininya -__-" alhasil, kita jalan kaki lagi ke pemberhentian buat nyari nomer 62. ckckckck perjuangan yah? tapi tunggu, belom berakhir sampai sini nih. Abis kita sarapan, kita dapet metromini nomer 62. Berbekal peta yang dikasih panitia, singkat cerita, kita ketemu ama Gedung Mulia Business Park.
then, the story begins smoothly...
kita masuk ke gedung ini.. dan... wahh.. tempatnya, top. Makin masuk ke daerah kampus SSE (Sampoerna School of Education), dan saya melihat dari kejauhan, beberapa peserta dan panitia udah pada rapi.. yap, jam 8 openingnya. Dan kami barusan turun kereta, belom mandi, masi kucel hihihi. Untungnya, panitia segera nganterin kita ke kosan panitia buat mandi dan siap-siap acara.
Saya nginep di kosan kak Beby dan kak Ambar. Little info: kak Beby ini mahasiswi semester VI jurusan bahasa Inggris di SSE, dan kak Ambar juga mahasiswi jurusan bahasa Inggris, cuma masi smester II. Sama kaya saya. loh, kok dipanggil kakak? hehehe udah pasti umurnya tuaan dia drpada saya, so cari aman aja, panggil dia kakak :)
singkat cerita, saya udah di acaranya nih. Agendanya terdiri atas tujuh Plenary
dan 2 kali sesi paralel diskusi. Dimana sebanyak 120 peserta yang
terdiri dari pemuda yang peduli akan urgensi pendidikan di Indonesia itu
dibagi menjadi empat konsentrasi. Social, Character Building and
Leadership (Sosial, Pembangunan Karakter dan Kepemimpinan), Green
Economy, Art and Culture Education (Pendidikan Seni dan
Kebudayaan) serta Inclusive Education (Pendidikan untuk anak
berkebutuhan khusus).
Plenary Pertama yang bertajuk tentang
Pendidikan sebagai Kunci Pembangun Bangsa itu disampaikan oleh Amad
Rizali dengan sangat hebat! Dewan Pembina IGI (Ikatan Guru Indonesia) ini dengan
berani menyatakan bahwa seorang pendidik harus high order
thinking. Selain itu staf Ahli CSR Pertamina
Foundation kelahiran Arema (Malang) ini menegaskan bahwa seorang guru
harus mempunyai
disiplin tinggi, integritas yang hebat dan mandiri.
Plenary selanjutnya diisi oleh Adenita
yaitu penulis salah satu buku best seller
di Indonesia 9 Matahari ,
bertema Pendidikan Indonesia dalam Perspektif Pemuda. Dalam sesi ini, kak adenita menyatakan bahwa seorang dalam menjalani kehidupan dan
kariernya harus menemukan passion yang tepat untuk dirinya
sendiri. “Melangkah dengan Hati. Hati yang membuat mimpi tak pernah
mati.”
Sebagai salah satu langkah konkrit untuk
menghidupkan kebudayaan, sebisa mungkin panitia yang diketuai oleh Yosea
mahasiswa Samperna School Education jurusan Bahasa Inggris angkatan
2009 ini menyajikan kebudayaan tradisional dalam setiap aspeknya.
Seperti hiburan pertama setelah Plenary kedua, 120 peserta dari Sabang
sampai Merauke itu dipertontonkan tari Rapak yang merupakan tari tradisional
khas Jakarta yang sangat unik. Ada juga lenong yang membuat semua
peserta, pemateri, dan panitia tertawa terbahak-bahak.
Tak kalah pentingnya dalam konferensi
tersebut adalah Diskusi Paralel yang mendatangkan para peserta aplicant
Call of Paper yang terlah diseleksi sebelumnya untuk
mempersentasekan dan sharing kepada para peserta lainnya,
tentang hasil nyata apa yang telah mereka kontribusikan sebagai langkah
kecil untuk menumbuh kembangkan pendidikan di Indonesia. Contohnya dalam
sesi Social, Character Building and Leadership menampilkan dua
pemuda yang terketuk hatinya dan mempunyai hasrat tinggi untuk membantu
sesamanya dalam bidang sosial edukasi. Misbakh salah satunya yang
mendalangi PAS (Putih Abu-Abu Scholarship), program beasiswa untuk anak SMA. Ia alumni dari Universitas
Airlangga Surabaya jurusan Manajemen yang sudah bekerja sebagai MT Sales
PT. Kraft Indonesia ini sudah memberikan bantuan sebanyak 10 orang grantees
yang masih terpusat di Jawa Timur. Program PAS ini memiliki kegiatan monitoring, mendidik dan pelatihan leadership
yang akan terus meningkatkan kualitas peserta beasiswa. Kedua, Nikita
seorang mahasiswa ilmu kesehatan yang mempunyai program penyuluhan
kesehatan ke anak-anak dan masyarakat luas.
Di plenary 3, ada empat panelis yang sudah berkiprah besar di dunia
pendidikan baik tingkat nasional maupun internasional, dimana mereka
benar-benar berhasrat untuk memajukan pendidikan bagi negeri yang
memiliki 240 juta jiwa ini. Pertama adalah Leo, seorang alumni dari
ajang kompetisi entertainment di salah satu televisi swasta, yaitu AFI (Akademi Fantasi)
yang sekarang menjadi aktivis UNESCO. Beliau menyatakan bahwa untuk
mengubah kualitas mayoritas masyarakat Indonesia adalah dengan membuat
perubahan besar para pendidik di Indonesia. Tidak perlu hal-hal yang
besar untuk berbuat terbaik bagi bangsa, tapi dengan usaha kecil yang
diiringi dengan keikhlasan dan didasarkan pada hati, maka seperti hukum law
attraction (tarik menarik) maka dunia akan melihat dan mendukung. Selanjutnya yaitu Hambali, yang mendirikan Komunitas Historia Indonesia,
yang sekarang anggotanya sudah mencapai 23.00 seluruh Indonesia dan
sudah sering masuk ke dalam media nasional di Indonesia. Ia mempunyai cita-cita
besar untuk menstimulus para pemuda untuk mencintai kebudayaan dan
sejarah negara sendiri. Sehingga Hambali akhirnya keluar dari pekerjaan
tetapnya pada tahun 2010 serius dan menekuni pemberian semangat dan pengetahuannya kepada siswa, mahasiswa dan
masyarakat secara umum baik lewat lokakarya, seminar,
konferensi, media dan lainnya. Ketiga, adalah Nadia seorang
mahasiswa ITS yang sempat menerima anugerah Asoka karena
kegemilangannya dalam mengelola sebuah LSM yang bertajuk Surabaya Goes
To School, program belajar yang dikhususkan untuk anak-anak yang kurang
mampu. Paradigma dari orang tua di kalangan kurang mampu yang seringkali menyatakan bahwa dunia
pendidikan tak terlalu mendukung mereka untuk menjalani hidup. dunia kerjalah yang sudahbisa memberikan mereka materi, walaupun tak terlalu banyak jumlahnya. Untuk itulah Surabaya Goes To School ini
mengakomodir, sebuah program yang sangat menginspirasi masyarakat terutama kepada mereka yang
membutuhkannya. Dan terakhir adalah Imelda, seorang mantan pemenang Miss Indonesia tahun 2006 yang juga memiliki passion
besar terhadap pendidikan di Indonesia.Ia membuat Imelda Foundation yang
membiayai panti asuhan dan beberapa program untuk membantu anak-anak
yang kurang mampu.
Sekian puluh dari Universitas yang
berbeda-beda ini, akhirnya diakrabkan pada malam keakraban yang
dilakukan pada tanggal 9 Juni 2012 bertempa di lapangan Business Mulia
Park. Di bawah langit yang tidak berbintang namun tetap indah seluruh peserta
ditempatkan dalam belasan meja dengan beberapa kursi, dimana sebelum makan
malampara panitia
mengajak seluruh peserta untuk membentuk lingkaran dengan menyanyi dan
bercanda bersama. Terakhir para peserta yang sebelumnya sudah
diinstruksikan untuk membawa kado dari daerahnya masing-masing membentuk
dua lingkaran, dan setelah sempat berputar saling berlawanan arah
mereka pun sembari berkenalan dengan orang yang kebetulan berada di
hadapan menukarkan kado mereka. saya dapet kado buku diary merah cantik + biskuit coklat, hihihi so sweet loh hadiahnyaa hahaha :D Meskipun nilainya tidak seberapa, namun
menerima hadiah dari pemuda luar biasa yang ditakdirkan berada dalam
naungan kibaran NFEC 2012 yang beda budaya, daerah,
universitas bahkan generasi merupakan hal yang woooow, alhamdulillah banget :)
Kalo boleh saya jujur, saya malu banget dengan teman-teman hebat yang saya temui disana. sampai sekarang saya belum memiliki kontribusi yang serius di dunia pendidikan Indonesia.
Kalo boleh saya jujur, saya malu banget dengan teman-teman hebat yang saya temui disana. sampai sekarang saya belum memiliki kontribusi yang serius di dunia pendidikan Indonesia.
Pernah dengar kata-kata Bung Sukarno, ‘Beri saya 10 pemuda maka akan saya guncangkan dunia,” insyaAllah saya yakin 120 pemuda yang saya temui di NFEC 2012 ini dapat mengembangkan serta memajukan pendidikan Indonesia untuk masa depan bangsa kita tercinta ini. Dan insyaAllah masih banyak lagi pemuda-pemudi Indonesia lain yang mampu turun tangan dalam pendidikan Indonesia.
Ayo buat masa depan pendidikan Indonesia tersenyum. Seperti lengkung bulan emas sabit cantik di teduh malam. Bismillah, we're agent of change! Let's struggling!
Pendidik Muda Indonesia, Muda. Mendidik. Membangun Bangsa
Lebih seru lagi, kalo ditambahi beberapa foto. Jadi bisa di gambarkan suasana acaranya. Jadi pembaca juga bisa ikut merasakan.
BalasHapusOh ya, untuk mendeskripsikan sesuatu, penyisipan kata-kata sifat bisa menjadi warna tersendiri dalam tulisan.
Teruslah menulis, dengan mnulis mungkin kita bisa berbagi pengalaman atau ilmu pengetahuan dan wawasan sebagaimana para pendidik, kepada para pembaca. Menjadi pendidik bukan berarti harus menjadi guru. Penulis pun bisa !
;)
How's life dear :) keep your fire on ya. There are sooo many ways educating people.
BalasHapusHello kak bebyyyy.. so long time no see hihihi. Baru baca komentar ini setahun setelahnya hahaha.. great kk beeb, gimna disana kak bebyyy, keep educating people brightly yah ka bebbyyyyyy 😘❤💙💚💛💜💓
HapusHello kak bebyyyy.. so long time no see hihihi. Baru baca komentar ini setahun setelahnya hahaha.. great kk beeb, gimna disana kak bebyyy, keep educating people brightly yah ka bebbyyyyyy 😘❤💙💚💛💜💓
Hapus