Jumat, 26 Maret 2010

ANTARA BUIH, RINDU, DAN GERIMIS

Ada buih putih disini
Menggumul lembut dan semakin memutih
Seperti tawa kecilmu yang bergelak berlarian
Bak mengejar elang yang terus merancah patas

Seketika aku larut dalam murninya
Bagai bianglala permai yang tergelar di muka tanah basah
Damai diatas damai
Sekali lagi, tawa kecilmu semakin berlarian
Malahan menjadi-jadi
Seperti genderang raja yang tak henti bertabuh
Hingga sepi terburai jadi rindu merah jambu yang perlahan mengepak memanjat langit

Terkutukkah jika memaki rindu yang memang benar ada?
Sepertinya pertanyaan yang gerimis tipis-pun mampu menjawabnya
Lewat nafas dan baunya yang diendus nikmat oleh banyak orang
Apakah gerimis tipis juga disebut gerimis jarum?
Yang rerintikkannya kurus-kurus dalam menembus metafora bumi

Sedangkan buih putih, masihkah menggumul dan memutih?
Dan rinduku, kuharap ia belum letih mengepak
Menjamahi area langit yang lapis demi lapisnya bak ilusi putih yang sebenarnya nyata

Aku punya seribu pertanyaan lagi yang masih menggelinjat di pikiran
Semoga buih, rindu, dan gerimis menuntunku menemukan jawabannya...